Selasa, 22 Maret 2011

^ Cerpen Pertama ^ "SAHABAT"

Persahabatan adalah segalanya bagiku. Dikhianati sahabat adalah hal yang paling menyakitkan, lebih dari sebuah pengkhianatan seorang kekasih. Memiliki seorang sahabat saja adalah sebuah anugerah terindah yang patut kita syukuri.  Banyak kejadian dan pengalaman yang kita lalui bersama seorang sahabat. Bagi aku, sahabat adalah orang yang mampu membuat kita keluar dunia, jauh dengan pengalaman tak terduga tanpa mengharapkan balasan. Oleh karena itu, aku gak mau menyakiti perasan sahabatku. Sepenuh hati aku akan berusaha untuk menjaga perasannya.
Dia mampu menjadikan aku orang yang luar biasa bahagia walaupun dalam keadaan terpuruk. Prinsipku dalam persahabatan adalah menjadi yang terbaik di antara yang terbaik walaupun gak ada yang sempurna di dunia ini. Aku akan melakukan apapun untuk sahabatku sekalipun aku dalam keadaan membutuhkan bantuan. Aku akan memaksimalkan kemampuanku demi melihat dia tersenyum.
Namun kali ini aku melakukan sebuah kesalahan. Sebuah. Sebuah tapi sangat fatal. Aku akui inii sangat gila. Gak akan ada orang yang mau mendukung bahkan membenarkan apa yang telah aku lakukan. Aku sadari ini adalah kesalahan yang gak mungkin bisa dimaafkan. Betapa dia, sahabatku, sangat menaruh kepercayaan padaku, dan aku menghancurkannya dalam seketika.
Tak butuh waktu lama bagi kami untuk menjalin persahabatan, ikatan batin yang luar biasa baru kali aku rasakan dengan orang asing. Mungkin karena faktor kami sama-sama ‘gila’, kami yang bisa melakukan hal bodoh bersama-sama, dan kami yang memiliki persamaan nasib. Aku dan keluarganya sangat akrab, begitupun dia dengan keluargaku.  Rasanya kami adalah saudara jauh yang baru saja dipertemukan oleh takdir, sangat dekat, padahal sebelumnya kami tidak pernah berhubungan.
Dia, memiliki seorang pacar. Mereka saling mencintai dan menyayangi. Hubungan mereka yang berjalan mulus dan harmonis menjadikan aku iri setengah mati. Kenapa?? Bukan karena aku gak punya pacar, tapi karena aku baru saja dikhianati oleh mantanku dengan hubungan gelapnya bersama seorang perempuan selama satu setengah tahun. Mantanku, ketika masih menjadi pacarku, adalah orang yang sangat aku banggakan. Dia yang aku hargai, dia yang membuat aku terpesona. Di balik sikap dewasanya, aku gak pernah menyangka dia sangat kekank-kanakan menghadapi masalah kita pasca putus.
Sikapnya selama menjadi pacarku sangat membuat aku nyaman, berada di sampingnya adalah hal terindah bagiku. Selama dua setengah tahun aku mencoba memahami dan mengerti sikap dan sifatnya, namun sikap dan sifatnya banyak berubah, gak lagi seperti yang aku kenal dulu. Selama dua setengah tahun itu pula aku menjaga kepercayaab yang dia berikan. Aku singkirkan semua laki-laki yang mendekati, semua demi dia. Bahkan sahabat laki-lakiku yang paling dekat denganku sekalipun dengan teganya aku telantarkan perkara dia gak suka aku dekat dengan laki-laki lain. Aku sangat merasa bersalah pada sahabatku yang terdahulu, masihkah ia menganggap aku sebagai sahabatnya?? Sekalipun tidak, aku maklumi karena memang aku yang keterlaluan.
Hingga akhirnya dia membuat pengakuan menyakitkan, kejujurannya membawa keterpurukan bagiku. Aku berusaha bangkit dengan tenagaku yang tersisa, sendiri, dan dia, sahabatku, yang menemaniku setiap aku membutuhkan ‘tempat sampah’. Bayangkan, dalam keadaan sangat terpuruk, saat aku sangat membutuhkan seorang kawan, dia lah yang selalu menghiburku, menemaniku, dan setia mendengarkan ocehanku, gak ngeluh kalo aku nangis sejadi-jadinya.
Mereka, sahabatku dan pacarnya, adalah pasangan yang ideal di mataku. Mereka sangat akur, mesra dan kompak. Inilah yang membuat aku iri. Kenapa hubunganku dengan orang yang aku sayang dan aku banggakan berakhir karena hal memalukan sementara mereka bahagia dengan hubungan yang harmonis. Bukan maksudku untuk mendoakan mereka putus, tapi aku hanya bertanya-tanya mengapa ini semua terjadi padaku?? Kenapa?? Aku salah apa?? Aku menjaga kepercayaan dia selama kami jauh, sementara dia dengan teganya menduakan aku selama satu setengah tahun?? Tidak bolehkah aku merasakan kebahagiaan??
Sangat sakit, sangat terpuruk, sangat perih untuk aku rasakan. Tidak mengertikah dia dengan apa yang aku rasakan?? Tidak sadarkah dia bukan hanya aku yang sakit, tapi juga keluargaku?? Bagaimana tidak, keluargaku sangat percaya padanya, dan dia mengkhianati aku, keluargaku, juga keluarganya.
Sahabat. Gak akan ada yang sanggup menggantikannya, sekalipun pasangan hidup kita kelak. Percayalah padaku, mereka jauh lebih penting dan berharga tanpa menggeser posisi pasangan kita. Kalo mau gampangan, istilahnya mereka adalah dua hal yang berbeda tapi gak bisa dipisah.
Saat kita mendapatkan masalah dengan pasangan, yang akan menjadi ‘tempat sampah’ adalah sahabat, dan yang akan mencarikan ‘ gang tikus’ adalah sahabat. Saat kita terpuruk, dia juga yang menjadi ‘tali penyelamat’, saat kita bahagia, dia menjadi ‘kembang api’. Ada yang gak setuju??
Begitulah arti sahabat untukku pribadi. Sekarang aku menghancurkan persahabatan kami!!! Kenapa?? Karena aku merasakan perasaan yang gak wajar pada kekasihnya!!! Ku pendam saja perasaan itu, aku pikir perasaan itu muncul karena aku dan mereka sering keluar bareng, sering nongkong bareng, dan aku rasa itu adalah hal yang biasa. Rasa nyaman itu membuat aku merasakan kebahagiaan ketika kami berkumpul.
Gak ada sedikitpun niat untuk menghancurkan hubungan mereka. Aku sayang mareka, mereka yang menjadi pendamaiku saat aku terpuruk. Aku juga gak mau menghancurkan mimpi sahabatku hanya karena perasaan bodoh yang aku alami sekarang.
Lagipula aku sekarang sudah memiliki seorang kekasih, seorang laki-laki yang mengerti aku, yang mampu membuat aku merasakan kenyamanan. Hanya saja rasa nyaman itu harus terpisah oleh jarak, sementara rasa nyaman yang di depan mata memberikan peluang. Bahkan tanpa ada yang mau percaya, dia, pacar sahabatku, memiliki perasaan yang sama!!
Kami pun terlibat dalam masalah batin. Aku gak bisa menjalani dua hubungan sekaligus. Aku gak bisa mengkhianati pacarku. Dia sangat percaya padaku, akankah aku menghancurkan perasaan itu?? Sahabatku yang paling utama, aku menjaga perasannya, menjaga hubungan persahabatan kami. Aku yakinkan pada hatiku sendiri bahwa apa yang aku rasakan kemarin hanyalah karena terbawa emosi. Aku sadar kami harus memilih pilihan di nomor satu, yakni pasangan kami masing-masing.
Maka, dengan ikhlas aku meninggalkan kenangan paling menakjubkan ini. Aku harus mengakhiri permainan cinta yang akan membuat banyak orang sakit. Aku gak mau apa yang aku rasakan terdahulu juga dirasakan oleh sahabatku. Aku gak mau melihat dia menangis. Aku hanya ingin melihat dia tersenyum dan tertawa tanpa beban seperti hari-hari sebelumnya.
Ku pendam saja kisah ini, kisah yang sangat singkat namun memberikan banyak pelajaran untukku. Sebuah pelajaran untuk menjaga dan menghargai perasaan orang lain, menjaga kepercayaan yang telah diberikan, memahami kebahagiaan orang lain serta ikhlas menjalani hidup.
Kini, aku, sahabatku, dan pangeran kodokku adalah sahabat seutuhnya. Rasa yang dulu sempat hadir akan aku hapus demi pangeran hatiku. Demi kesetiaan yang telah ia tawarkan. Dan aku gak akan menyia-nyiakan hal itu. Aku pun berharap cerita cinta ini tidak akan pernah terdengar sahabatku, dan mereka hidup bahagia seperti mimpi sahabatku.
Maafkan aku, Sahabat….
Maafkan aku , Pangeran Kodok….
Maafkan aku, Pangeran Hati….

“Jika kita pernah disakiti orang, dihkianati orang, jangan pernah punya niat untuk membalasnya. Jika kita pernah menanamkan sebuah keindahan, yakinlah bahwa keindahan itu akan menghsailkan hal yang luar bisa lebih indah.”


By : ^ MWP ^