Rabu, 24 Oktober 2012

Cerita Pagi Hari



Ufuk masih gelap, menikmati sisa malam. Panggilan semesta pada Ilahi berkumandang menyejukkan hati. Ku gelar sajadah panjang, ku kenakan penutup aurat, pakaian tuk menyembah Ilahi. Sujudku sepenuhnya menyerahkan takdir. Dzikirku penuh setelah aku berusaha memeluh asa. Beningnya tetesan embun pagi seperti aku meneteskan air mata. Sadar akan kebesaran Tuhan dengan helaan napas panjang. Malu karena banyak keluh kesah, sedikit mengucap terima kasih pada-Nya. Tuhan, maafkan hamba-Mu ini... Hati ini masih terlalu sempit untuk berhenti mengeluh atas cobaan batin, terlalu kotor untuk mengucap syukur atas karunia tak terperi dari-Mu. Apalah daya ini, tak ingin aku menjadi manusia penuh topeng. Segunung masalah yang aku miliki tak sebanding dengan kekuasan Tuhan dengan memberiku banyak nikmat yang tak kusadari. Mungkin inilah cara Tuhan memberikan yang terbaik untukku. Kualitas kehidupan dengan jaminan surga bukanlah ganjaran sepele. Setumpuk rasa kesal pada umat-Nya bukanlah cara yang Ia mau agar aku menjadi lebih matang menghadapi hidup. Sabar dan ikhlas adalah kuncinya. 

Aku ini bukan manusia sempurna, sama dengan kalian kalian. Namun aku telah mencoba memahami kalian, tidakkah kalian ingin memahami aku? aku pun manusia yang ingin dimengerti, bukan sekedar boneka dengan kendali tak terelakkan, melawan keinginan untuk bebas.Tuhan lah yang mengerti bagaimana hati ini mencari satu saja rengkuhan hangat untuk sandaran batin yang telah lelah. Lelah dipermainkan oleh waktu dan rasa. Ingin rasanya kembali pada masa lalu, mencari kesalahanku, memperbaikinya, lalu menjali sejak awal. Aku sadar itu mustahil. Namun aku mencoba, mencoba tetap sadar bahwa Kau pengendali kehidupan ini, dengan napas yang Kau beri, aku bangkit. Mencoba memandang dunia dengan dua mata, satu hati. Inilah aku saat lemah tanpa sandaran, menunggu yang masih misteri, dan berkeluh kesah pada sebuh dinding sosial. Bukan sekedar menanti pangeran, tapi juga ksatria. Bukan sekedar mencari sandaran akan berbagai masalah kehidupan, tapi juga penopang saat aku lemah. 


Tidak ada komentar: