Jumat, 27 September 2013

Kota Perantauanmu

Hari ini, aku kembali menginjakkan kaki di kota perantauanmu. Mungkin jika kita masih menjalin kisah, kita akan merencanakan untuk bertemu, namun sekarang tidak lagi. Komunikasi bahkan sangat buruk. Membuat sakit hati ini jika mengingatnya. Adakah kamu mengingatku? Adakah kamu menginginkan kedatanganku ke kota ini untuk menemuimu? Entahlah. Mungkin kamu masih saja terlalu sibuk dengan urusan pribadimu. Atau mungkin kesibukan itu bertambah banyak dengan adanya seorang perempuan idaman hati? Entahlah. Aku tak ingin membayangkannya. Aku tak pernah ingin mengingat bahwa mungkin saja kamu telah bersama yang lain, namun otak ini serasa terus memaksa untuk mengingat itu.
Apa yang harus aku lakukan?

Di kota perantauanmu ini, aku menjelma menjadi sosok yang tak tahu diri. Berusaha merasakan apa yang kamu rasakan. Di kota perantauanmu ini, aku adalah orang brengsek yang tak ingin mengenal banyak orang. Di kota perantauanmu ini, untuk sementara, lima hari saja, aku inginmelihatmu dari kejauhan, sebentar saja. Ingin sekali. Sangat ingin. Aku sadar itu mustahil. Karena aku masih terlalu takut untuk membuka bekas luka itu. Masih sangat terlalu takut sekali. Sengaja kalimat sebelum ini menjadi hiperbola karena memang begitulah kenyataannya.