Senin, 27 Februari 2012

Pindah Dimensi

Ada saja yang membuat kita terasa jauh. Meski kita telah sadar bahwa jarak memanglah pemisah raga, namun komunikasi yang tidak lancar menjadikan jarak itu semakin terasa jauh. Rasa rindu yang terpendam semakin menumpuk dan terus menumpuk, membuat dada ini penuh dan sesak.
Ingin rasanya aku pindah dimensi, dimana aku dengan leluasa mampu menggapai keberadaanmu. Selalu berada di sampingmu tanpa takut terpisah lagi. Dimensi yang melekat pada jiwa kita masing-masing namun menyatu dalam ikatan yang diperkenankan oleh Tuhan.
Kucoba untuk selalu bertahan dengan kondisi kita, karena kuyakin akan jalan yang Tuhan berikan. Aku yakin padamu, aku percaya kau tak akan khianati aku. Aku yakin seyakin-yakinnya. Tak pernah aku seyakin ini sebelumnya.
Andai saja menciptakan dimensi itu untuk kita, betapa bahagianya aku....
Tuhan, kabulkanlah doaku...
Amin...

Sabtu, 18 Februari 2012

Merindu Pada Kehilangan

Hatiku terluka tanpa aku rasakan. Hatiku merasakan kesakitan yang tak berujung, menjadikan jiwaku sepi dari tawa yang biasa kuberikan padamu.
Cinta yang aku tanam berbuah pedih, cinta yang kusiram dengan kasih sayang bertunas tangis. Memiliki kamu adalah hal yang tak pernah aku bayangkan meski cinta telah ada sejak aku masih bersamanya. Bermimpi denganmu adalah hal yang aku inginkan meski aku tahu kamu tak memiliki keinginan yang sama. Ini menjadikan aku rindu pada sebuah kehilangan.
Mungkin aku tercipta untuk selalu merasakan kepedihan, bukan kebahagiaan. Kasih, hanya kamu lah yang sanggup membuat aku tersenyum penuh makna. Tak pernahkah kamu merindukan aku? Tak pernahkah kamu ingin selalu bersamaku?
Tinggalkan saja sebentar tentang kewajibanmu, datanglah padaku, menghabiskan waktu bersamaku. Sehari saja, itu sudah sangat berharga bagiku. Tak bisakah kamu lakukan itu demi aku?
Aku tak memintamu mati untukku, aku pun tak meminta kamu untuk merangkak di bawah kesantunan. Maafkan aku jika aku memang meminta banyak hal padamu. Namun bagiku itu adalah hal yang wajar. Aku hanya meminta waktu sehari saja untukku, meninggalkan kewajiban yang membelenggu.
Kuingin habiskan waktu bersamamu, menikmati matahari terbit hingga matahari tenggelam dengan senyuman. Kuingin memelukmu, menghirup aroma tubuhmu, dan menyimpannya dalam memoriku. Kuingin kita selalu dalam lingkaran cinta yang membahagiakan, rasa yang tak tergerus oleh waktu ataupun jaman.
Kasih, aku ini bukan barang yang bisa kamu geletakkan begitu saja, yang tak membutuhkan perhatianmu dan rusak karena tak terawat. Aku ini manusia, yang memiliki hati dan perasaan, aku butuh kasihmu, untuk merawat cinta yang aku tanam. Berikan kasihmu padaku, curahkan padaku, tak perlu kamu ragu, karena aku telah mencurahkan kasihku padamu, kuberusaha untuk selalu memahami sifatmu.
Jangan jadikan aku semakin liar pada rasa merindu kehilangan. Jangan jadikan aku merasa terpuruk pada asa yang tak kunjung datang. Jangan jadikan aku hilang bersama angan yang terbentuk jauh sebelum kau datang.
Sekali lagi, kuingin waktumu walau hanya sehari saja, bukan seluruh waktumu untuk aku karena aku tahu porsi yang menjadi hakku.

Rabu, 15 Februari 2012

Curhat Dadakan Part 2

Ya ampuuuuuuunn, serius hari ini ada banyak emosi yang membuat aku tak mampu lagi menahannya. Pagi, mengawali hari, aku dengar kabar hamster kesayanganku sekarat. Udah aku bilang, makannya diganti2, diajak main, airnya tambah madu dikit. Apa sih susahnya beli madu sebentar, yang sachet'an, udah gitu tuang dikit, beres kan. Ini malah ditinggal. Malah marah-marah katanya aku yang gak tahu kesibukan orang. Malem baru bilangnya. Lha dari tadi pagi saya pesen itu nggak didengar?? Oke, awas aja kalo situ yang butuh saya, sesibuk apapun saya, sesantainya saya pun, mikir-mikir buat bantu situ..!!!
Nyebar undangan aja ruwet. Apalagi yang harus aku lakukan?? Dibantu udah, masih aja gak dianggap. Emang semua orang yang sibuk gitu tah yaaaaa?? Kayak'e aku ndak gitu deeeehh... Sebisaku aku ada, kalo emang masih sibuk ya ngasi kabar, minta maaf kalo miisal ada kata ada yang bikin sakit hati atau tersinggung.
Belum cukup itu, akhir-akhir ini aku disibukkan dengan kumcer yang menjadi lomba, persiapan penelitian yang masih nol, dan beragam tugas kuliah. Rasanya emosiku berada di ujung.
Belum cukup lagi, sudah seminggu lebih aku dan dia tanpa komunikasi. Sekalipun ada komunikasi, selalu saja berujung kecewa. Dia terkesan menghindari aku. Beragam pikiran negatif ada dalam otakku, menambah beban batin. Emosi lagi-lagi tak terkuak.
Berhari-hari menahan emosi membuatku muak. Serius, kalo ada tong sampah yang nampung emosi, mungkin hari ini adalah jadwalku untuk membuang isi tong ke tempat pembuangan emosi terakhir.
butuh sehari tiga kali aku membuang isi tong emosi itu kalo keadaannya kayak gini. Serius aku ndak kuat. Marah ma dia juga ndak mungkin. Dia bilang hari ini ada acara organisasi, jadi dibela-belain pulang dari kota asal ke tempat perantauan jauh sebelum masa kuliah aktif untuk acara itu, Lhaaa kok malah hari H on line!! Dichating juga ndak ada respon, dicolek ndak ngerespon, apdet status dikomen juga ndak respon. Ini maunya gimanaaaaaaaa???????
Tak bela-belain hapeku rusak gara-gara bolak balik buka batre, buat ganti kartu (aku dan dia beda operator) malah balasannya seperti ini. Gak ada respon sedikit pun.
MALEEEEEEESSSSSSSSSSSSSS....!!!!!!!!!
Emang harus selalu aku ya yang berusaha mengerti orang lain?? Kenapa ndak orang lain yang berusaha mengerti saya?? Emang saya ini malaikat?? Yang bisa selalu menahan emosi?? Yang bisa dengan mudah diperlakukan bagaimana pun dan memaafkan secepat berkedip???
BUKAN, SAYA BUKAN MALAIKAT..!!!
Perlu kalian sadari, hati-hati dengan emosi saya, jangan menumpuk emosi saya dengan emosi yang lain, jika saya meledak, saya bisa saja tidak peduli pada sekitar.
Saya pun punya perasaan dan keinginan. Saya pun ingin diperhatian dan dimengerti. Bukan hanya memerhatikan dan mengerti orang lain.

Selasa, 14 Februari 2012

Bukan Valentine

Hari ini, hampir semua orang membicarakan masalah Valentine's day. Ada yang pro ada yang kontra. Semua memiliki alasan masing-masing. Mulai dari yang pro, dengan alasan hanya untuk senang-senang sampai alasan untuk mencurahkan semua kasih sayang pada pasangan. Yang kontra dengan alasan itu adalah perayaan umat Nasrani sampai versi cerita lainnya yang bagiku mengerikan.
Menurut pengetahuan yang aku miliki, Valentine's day adalah hari pembantaian sebuah keluarga. Mengerikan sekali. Namun apapun alasan mereka, baik yang pro ataupun yang kontra, aku tak masalah. Bagiku itu adalah hak masing-masing. Setiap orang memiliki jalan pikiran sendiri, kita tidak bisa memaksakan apa yang kita mau pada orang lain.
Hari ini, tepat pada Valentine day, yang ada dalam pikiranku bukanlah valentine melainkan tepat bulan kedua hubunganku dengan dia. Andai saja aku mendapatkan perlakuan yang sedikit istimewa darinya, mungkin aku akan merasakan bahagia, setelah berhari-hari tanpa kegiatan saling komunikasi. Namun yang aku dapatkan adalah rasa curiga, kecewa, marah, lelah, dan akhirnya hanya mengelus dada.
Kuserahkan seluruh masalah ini pada Tuhan, Dia yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Aku curiga apakah kamu sengaja menghindari aku dengan alasan handphonemu rusak, entah itu benar atau tidak, aku hanya bisa percaya padamu. Kecewa karena setiap kali aku menghubungimu, tidak ada semangat sedikitpun yang aku dengar, seolah kamu sedang berbicara dengan penagih utang. Marah karena berkali-kali kamu menghindari pertemuan denganku, dengan satu alasan, sibuk. Lelah karena aku merasa sia-sia telah berusaha mengerti kamu.
Ingin aku bebas dari rasa itu, namun aku harus bagaimana? Apakah putus adalah pilihan? Tidak, sudah kukatakan, aku tidak ingin kita berpisah. Aku hanya ingin kita saling memahami. Saling mengerti dengan posisi masing-masing.
Apakah aku terlalu buruk untuk kau sayang dengan sepenuh hati? Apakah lukamu sedemikian dalam hingga kau tak ingin orang lain menyentuh hatimu? Namun lebih dalam siapa luka antara kita? Kau tahu bagaimana kisahku, namun aku tidak tahu bagaimana kisahmu.
Apakah pengertian yang aku berikan padamu masih saja kurang? Aku tahu, kamu adalah pemuja sahabat, tapi apakah posisiku tidak bisa lebih tinggi sedikit dari mereka hingga aku bisa mendapatkan sedikit perhatian istimewa
darimu sebagai lelakiku?
Apakah aku harus membalas kelakuanmu? Tak peduli padamu walau kamu adalah lelakiku? Mungkin aku bisa seperti itu, tapi ada banyak hal yang ingin aku sampaikan padamu, hingga membuatku selalu ingin menghubungimu.
Entah hingga berapa hari kamu akan seperti ini, sebulankah? Akan aku turuti kemauanmu. Sebisaku, mulai besok, tak akan aku hubungi dirimu. Aku ingin tahu, apakah kamu merasa kehilangan aku atau tidak.
Aku ingin tahu, apakah aku ada di hatimu atau tidak.
Kasih, jangan salahkan aku jika aku berpindah ke lain hati walau aku tak ingin itu terjadi. Aku hanya perempuan biasa yang memiliki hati. Aku adalah perempuan biasa yang juga ingin dicinta, dimanja, dan disayang. Aku bukan perempuan tegar tanpa sedikitpun kasih sayang.
Kelak kau akan sadar bahwa sejak awal kau telah menyakiti aku. Kelak kau akan sadar, betapa aku sayang padamu, hingga aku bertahan pada batas wajar.
Kasih, semoga kau di sana mampu menjaga kepercayaan yang aku miliki. Aku akan berusaha untuk selalu menjaga hati. Jangan jadikan pengorbananku sia-sia dan kau juga meninggalkan luka dalam bagiku. Benar kata orang jika cinta itu memang rumit, untuk memahaminya tak hanya butuh waktu satu dua hari saja. Butuh waktu yang lama untuk menciptakan cinta yang kuat. Semoga kita bisa mendapatkan cinta yang kokoh itu, Sayang... Amin...
Kasih, hari ini bukan valentine yang kita rayakan, melainkan hari jadi kita. Semoga saja kita selalu abadi dalam hubungan yang semakin lebih baik, amin....
Aku sayang padamu, 'AV'
 

Senin, 13 Februari 2012

Aku Yakin Padamu

Meski kau telah menghilang sekian lama dari peredaranku, ketika kudengar suaramu, rasa kesal di dada hilang seketika. Perhatian yang kau berikan padaku adalah semangat yang luar biasa bagiku. Rasa marah yang tertimbun jauh dalam hati seketika melumer dengan hangatnya ucapanmu.
Aku lupa kemarin telah menangis karena lelah memahami sifatmu. Aku lupa kemarin telah ragu untuk melanjutkan hubungan kita. Aku lupa kemarin telah hanyut dengan keinginan untuk mencari yang lain. Sungguh aku melupakan kesalahn besarmu beberapa hari terakhir.
Sayang, tahukah bahwa hati ini tak akan pernah bisa mendua. Aku bukan lah perempuan yang gampang mencari pengganti. Yakinlah bahwa aku sayang padamu.
Sayang, tahukah kamu, bahwa aku sangat menyukai caramu bercakap denganku. Mengingatkan jadwal makan, marah kecil karena aku belum makan, dan sejumlah tindakanmu yang membuatku tersenyum geli.
Sayang, tahukah kamu, bahwa aku ingin memilikimu seutuhnya, tanpa celah. Karena aku ingin kau percaya padaku, berikan hatimu untukku, Sayang...

Aku yakin padamu...
Pada cintamu...
Kucoba untuk selalu percaya pada hati
Tak akan ada yang sia-sia
Karena itulah aku bertahan
Karena itulah aku di sini
Selamanya hati ini akan memahamimu
Karena aku yakin padamu
Kan kau balas cinta ini dengan senyuman
Ketika aku jatuh dan tak berdaya
Ku harap kau lah penopangku
Karena aku yakin padamu....


Gampang-gampang Susah

Sulitnya memahami sifatmu. Aku gerah dengan semua hal yang kau anggap biasa saja. Memang masalah sepele, tapi bagiku ini adalah wujud dari perasaanmu. Aku pikir kau tidak pernah mencintai aku. Sakit jika memikirkannya.
Ingin rasanya aku marah padamu, namun aku tahu, itu adalah sifatmu. Aku telah berjanji untuk memahami sifatmu, dan aku harap kamu pun memahami sifatku.
"Aku kangen kamu." kataku dengan manja yang sewajarnya, karena aku bukan tipe perempuan yang manja setengah mati.
"Kan tadi udah telpon..." jawabmu membunuh rasa rindu yang membuncah setelah sekian lama tidak berkomunikasi denganmu. memang aku telah menghubungimu lebih dari dua kali sejak pagi tadi.
Tapi awal aku menghubungimu, kamu bangun tidur, masih belum enak diajak bicara, kedua kali aku menghubungimu, kamu baru saja selesai mandi, dan memintaku untuk menghubungi di lain waktu saja, karena kamu masih ingin sarapan. Aku turuti, ketiga kalinya aku menghubungimu, kamu dalam keadaan bersiap rapat organisasi. Sedikit sekali waktu yang aku punya untuk bicara denganmu. Berasa tidak memiliki seorang kekasih. Tragis memang.
Apakah itu memang sifatmu? Sakit hatiku menerima perlakuanmu. Hhhh...
Tak bisakah sedikit saja aku mendapat perlakuan istimewa darimu? Aku ini kekasihmu, bukan musuhmu. Aku ini kekasihmu, bukan mantanmu. Aku ini manusia, bukan robot tanpa perasaan.
Apakah kamu tidak mencintai aku? Seperti aku yang mencintaimu? Jika memang iya, maka lepaskan aku saja. Biarkan aku terpuruk dalam kesendirian dan pergi meninggalkan kenangan kita. Tak sanggup rasanya aku memikirkan perpisahan itu, tapi jika memang itu yang terjadi, maka aku akan berusaha bangkit. Dengan sisa kekuatanku yang kian berkurang.
Jika memang kamu sayang padaku, maka lihat lah aku, dengan cinta yang kamu miliki. Berikan perhatianmu padaku, seperti saat aku masih belum menjadi kekkasihmu. Karena aku suka perhatianmu itu.
Berubahkah kamu setelah memiliki aku? Aku tak ingin kamu berubah. Aku suka kamu yang sebelum menjadi kekasihku. Selalu sempat menghubungi aku walau sedang sibuk. Aku suka dengan caramu mencintai aku.
Sekarang, setelah kamu menjadi kekasihku, kamu berubah. Entah sudah berapa banyak alasan yang keluar dari mulutmu untuk tidak berkomunikasi denganku?
Aku harus apa? Apakah aku harus menganggap bahwa kamu tidak ada? Jangan buat aku ragu akan cintamu. Jangan buat aku berada dalam sebuah pilihan yang akan memisahkan kita.
Jawablah aku, aku harus bagaimana menghadapi sifatmu? Gampang-gampang susah memang untuk membungkus kasih ini dengan rasa percaya, aku butuh bantuanmu untuk menguatkannya.
Kasih, ada hal yang ingin aku dengar darimu, aku ingin kamu mengatakan, "Sayang, kamu adalah masa depanku."
Hanya itu yang ingin aku dengar, tak lebih....
Mengertilah, Kasih...
Kumohon...
Kemudian aku akan berlari memeluk dirimu yangg tengah menghampiriku juga...


Minggu, 12 Februari 2012

Aku Tetap Menunggu

Berhari-hari tanpa kabar, tanpa komunikasi. Sulitnya berkomunikasi denganmu, padahal kamu adalah kekasihku. Bukan boss atau seseorang yang seharusnya aku takuti.
Seharusnya aku berhak marah atas perbuatanmu, karena kamu telah mengabaikan aku, kamu lebih memilih egomu, dan kamu hilang tanpa kabar. Kucoba untuk menghubungimu, namun tak mendapat respon. Kukatakan padamu bahwa aku merindukanmu, tak ada respon juga.
Jujur, aku lelah dengan sifatmu. Jujur, aku merasa tak menjadi kekasihmu. Siapakah kamu? Yang begitu asing bagiku, walau kau adalah pemilik hati ini.
Selama ini kucoba untuk memahami sifatmu, aku berusaha sabar menghadapi tingkahmu yang bagiku tidak wajar.
Sebisa mungkin aku menumpuk kesabaran di hati, percaya akan cinta yang aku tanam. Mungkin kelak kau akan berubah, dan aku selalu berharap itu terjadi.
Aku tidak pernah tahu apa yang telah terjadi pada masa lalumu, hingga kau seperti saat ini. Sungguh aku sangat ingin tahu apa yang telah menjadikanmu sekeras batu. Namun berkali-kali kutanyakan, berkali-kali pula kudapatkan kecewa.
"Untuk apa mengungkit masa lalu yang telah hilang? Tidak akan ada gunanya."
Begitu katamu padaku. Aku pun diam. Menyesakkan memang, kau adalah orang yang terlalu realistis, sulit untuk kubawa berangan.
Sekali lagi, aku katakan padamu, aku masih bertahan, dengan rasa yang ada di hati. Tak akan aku mencari yang lain.
Aku tetap menunggumu, Kasih...
Selamanya, hingga batas sewajarnya....

Sabtu, 11 Februari 2012

Teringat Saat Itu

Semua orang tahu bagaimana rasanya rindu yang tak tersampaikan...
Semua orang tahu bagaimana rasanya dibuang walau masih ingin disentuh...
Semua orang tahu bagaimana dipersalahkan karena hal yang tidak kita perbuat...
Semua orang tahu bagaimana rasanya hina karena prasangka orang lain...

Ketika itu semua menderaku, aku diam tak berdaya...
Ketika itu semua menyergapku, aku menangis sendiri...
Ketika itu semua menghancurkan aku, aku berusaha bangkit...
Ketika itu semua melemahkan aku, aku berteduh pada Ilahi...

Sekarang, aku merindukan masa-masa bersamanya...
Sekarang, aku menangis merindukan tawanya...
Sekarang, aku hanya bisa merenungi kisah yang telah terlewat...
Sekarang, aku diam tak berkutik...

Kucoba melangkah dengan sisa-sisa kekuatan,
Tersenyum walau masih meringis kesakitan,
Biarkan mereka bilang aku bertopeng, aku hanya tidak ingin menunjukkan kelemahanku...

Kucoba untuk percaya pada tangan-tangan mereka,
Menjalani hidup dengan tawaran kebahagiaan,
Menyusuri kisah yang lebih baik,
Biarkan mereka bilang aku sok suci, aku hanya tak ingin jatuh pada lubang yang sama...

Jujur saja, aku masih ingin dan selalu ingin seperti dulu...
Saat aku masih bersamamu, melewati hari dengan senyum...
Menepuk punggungmu saat kau menangis, menyorakimu saat kau bahagia...

Kini, kau telah memiliki penggantiku...
Kalian tampak tak peduli padaku...
Jangan kira aku tidak tahu tawamu yang telah berpaling padaku...
Jangan kira aku tidak tahu bahagiamu yang telah tak hiraukan aku...

Tidak, aku tidak menghalangimu, aku hanya bertanya, "Apakah masa lalu kita sedemikian tidak berharganya buatmu? Hingga dengan mudah kau meninggalkan aku justru saat aku membutuhkanmu?"

Tidak, aku tidak memintamu untuk memilih antara aku dan dia, aku hanya bertanya, "Apakah aku sedemikian hina hingga kau membuangku dan tak lagi peduli padaku?"Aku tahu, dia yang kau sayang adalah masa depanmu, yang menjamin kebahagiaan untukmu, tak seperti aku yang tak mampu menjanjikan apapun untukmu.
Aku hanya aku, yang hanya memiliki pundak untuk kau gunakan saat lelah, sepasang telinga untuk mendengarkan semua ocehanmu, dan tangan yang siap menggamitmu ketika kau lemah.

Sakit hati ini mengingat kenangan dan kedekatan kita yang tak kau hargai...
Menangis hati ini saat aku tahu kau telah melupakan aku...

Aku hanya bisa terus berharap semoga kelak kita kembali bersua...
Melupakan kesalahan yang pernah terjadi...
SAHABAT, adakah kau menginginkan hal yang sama??

Kupinta Satu, Yakinlah Padaku

Berapa lama kita saling mengenal, dan seberapa lama kita menjalin hubungan ini. Tidak cukupkah bagimu untuk memercayai aku? Butuh berapa lama bagimu untuk mengangapku ada? Butuh berapa lama untuk menjadikan aku sebagai 'kekasih' yang sesungguhnya?
Aku ingin kamu seperti aku, yang menceritakan setiap kejadian, penting ataupun tidak. Aku ingin kita saling bicara, mengetahui semua kegiatan. Bukan, bukan menjadi semacam aktivitas yang membosankan seperti laporan setiap waktu setiap saat layaknya para angkatan yang harus melapor pada atasan, bukan itu yang aku maksud. Aku hanya ingin kamu sadar bahwa suatu hubungan membutuhkan komunikasi.
Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku peduli pada setiap aktivitasmu. Aku sangat menghargai sifatmu yang tidak ingin dikekang, maaf, aku bukan mengekangmu, itu hanya naluriku sebagai seorang perempuan yang ingin menjaga dan melindungi kekasihnya meski tak tahu harus bagaimana.
Tidak bisakah kamu sedikit saja mengerti aku? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Tidakkah kamu ingin memiliki aku seutuhnya? Tidakkah kamu ingin kita selalu bersama?
Kasih, aku sangat merindukan kamu. Berhari-hari tanpa kabar, berhari-hari kucoba untuk menghubungimu, hasilnya nihil. kamu tidak menjawab panggilanku. Entah apa yang sebenarnya terjadi.
Aku memang tidak pernah tahu apa yang telah terjadi pada masa lalumu, tapi kini aku adalah kenyataanmu, dan jika kamu memang mau, aku adalah masa depanmu. Namun aku tidak mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan. Berkali-kali aku meyakinkan diriku sendiri akan hubungan kita. Aku tidak ingin kejadian dulu terulang kembali, dimana aku memaksakan diri untuk melanjutkan suatu hubungan. Jika akhirnya aku tersakiti.
Aku hanya ingin stia, menerima kamu apa adanya, memastikan bahwa aku akan memilikimu selamanya dalam ikatan suci. Aku ingin menata masa depan bersamamu, menatapnya sebagai semangat menjalani hidup.
Kasih, apakah kamu tidak menginginkan apa yang aku inginkan? Tidakkah kamu ingin sedikit saja menyamakan sifat denganku?
Kita yang menjalani hubungan ini, bukan hanya aku. Aku mohon padamu, jangan kamu sakiti aku. Tinggalkan aku saja jika memang kamu tidak ingin hubungan ini berlanjut menjadi lebih baik. Tinggalkan aku saja jika kamu memang menyerah untuk mengerti aku. Tinggalkan aku saja jika memang kamu lebih mementingkan egomu.
Bukan aku tidak menyayangimu, bukan aku tidak ingin kita bersatu, tapi aku memikirkan perasaanmu, aku tidak ingin kamu merasa terkekang oleh hubungan kita. Aku hanya ingin hubungan kita adalah semangat untuk kita, bukan sebuah beban.
Aku sayang padamu karena sifatmu, bukan karena penampilanmu semata. Sayang, dengarkan apa yanga ku katakan, Rasakan apa yang aku alami. Pahami apa yang aku pinta. Karena sesungguhnya ini semua adalah demi kebaikan kita.
Aku tidak ingin lagi menangis sedih, Kasih....
Aku tidak ingin lagi kehilangan kamu, Kasih...
Setengah mati aku merindukan kamu, merindukan kamu...
Jangan jadikan aku berpaliung pada yang lain. Meski aku tidak ingin itu terjadi. kamu tahu, aku setengah mati memertahankan hati ini untukmu, aku tidak ingin berhianat. Aku tidak ingin melukai hatimu. Meski mungkin kamu tak peduli.
Kamu tahu? Di luar sana ada seseorang yang tengah berusaha merebut hati. Bukan seorang, tapi entah berapa laki-laki. Aku tidak mengada-ada, aku pun tidak 'sok laku', tapi memang begitu adanya.
Aku rela melepas mereka yang mungkin lebih baik darimu, yang mungkin lebih bisa menghargai aku sebagai kekasihnya jika memang aku menjadi pasangan mereka. Namun aku tetap padamu, tak sedikitpun kuberikan kesempatan pada mereka untuk mengincar hati ini.
Sayang, apakah kamu tahu yang aku korbankan untukmu?
Sampai kapankah kamu akan seperti ini?
Entah apa yang akan menjadi ujung hubungan kita, kupasrahkan saja pada Tuhan. Kuingin kita bahagia, bersatu dalam ikatan suci, namun Tuhan selalu tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya.
Kasih, jika memang kamu ingin berakhir denganku, dengan cinta yang suci, dengan ikatan yang suci, dengan restu Tuhan, pintalah pada Tuhan seperti yanga aku pinta, "Tuhan, berikan setia di antara kami. Jadikan kami saling memiliki, menyayangi, mencintai, menjaga, menghargai, dan menghormati... Amin..."
Kupinta satu, yakinlah padaku....
Letakkan hatimu padaku seperti aku yang meletakkan hatiku padamu. Jika memang kamu inginkan kita bahagia bersama....

Sepertinya Sama (^.^)

Welcome to Viki and Diyan....
Mereka adalah hamster baruku. Lucu banget. Kenapa aku beri nama Viki dan Diyan, alasan pertama karena nggak ada nama lain dipikranku, hahaha..
yang kedua, karena mereka mirip ma yang punya nama. Viki -aku ambil dari nama seseorang yang aku sayang- punya badan yang 'ndut, sama 'ndutnya dengan dia. sukanya makan, cuek kalo diajak maen, kalo nggak dikeluarin dari 'kamar'nya, gak bakal dia keluar terus maen ma Diyan. Sama 'kan dengan dia, yang cueknya minta ampun, kalo nggak ditanya nggak bakal ngomong. Huahahahaha...
Viki itu juga sukanya ngambil kertas terus dimasukin ke kamra dia, biar anget kali yaaa...
Paling males ngambil gambar si Diyan, susah banegt, nggak mau diem, alhasil aku rekam aja tingkahnya, hahaha...
Diyan -aku ambil dari namaku sendiri- dia aktif banget, nggak bisa diem, sukanya lari sana lari sini, sama kayak aku yang kata temen-temen hiperaktif, hahahahaha....
Kalo masalah rambut, rambut Viki lebih bagus, cokelat gitu. Diyan mah abu-abu nggak, item juga nggak. payah. Hahahaha...
Ini pengalaman pertamaku melihara hamster. Sedikit bingung masalah makanan, rumah, kamar, dan perangkat mainan lainnya. Semoga aja mereka betah di rumah barunya sekarang. 
Majikan sebelum aku rada gokil juga, dia cerita kalo dua hamster yang sekarang jadi punyaku ini, pernah diberi makan capung, jangkrik, bakso juga..!!!
Majikan aneh.... (-.-")
Viki sering di dalam kamar -aku buatin kamar baru biar mereka gak kedinginan kalo malem- gak tau kerjaannya ngapain.
Aku suka Viki, embul gitu. Apalagi sekarang jarang komunikasi dengan si dia, jadilah para hamster ini yang nemenin aku main.
Tapi aku lebih suka maen dengan Diyan, aktif banget dia. Sukanya naik ke tanganku, terus jatuhin diri, ntar naik lagi, jatuh lagi, kalo nggak dia naik2 ke rumah Viki, nangkring di sana.
Pokoknya hamsterku lucuuuuu...
:D



Kamis, 09 Februari 2012

Dunia Bersama

Matahari menyimpan sinarnya
Awan melindungi bumi
Tetesan air hujan membasahi dunia
Dia, berteduh dengan tumpukan berita
Tak peduli badan basah kuyup
Dia, berteduh dengan sebuah pelindung
Bukan untuknya, untuk mereka yang butuh
Di antara keterbatasan, membantu sekitar
Keterbatasan mereka, menumbuhkan sosial
Kita? Sempurna namun buta
Tidakkah kita ingin belajar dari mereka?
Mari, kita sayangi mereka
Mari, kita bantu mereka menatap langit
Melihat pelangi setelah hujan mereda
Mereka sahabat kita, saudara kita
Meski tak sesempurna kita
Namun hati mereka sangat sempurna
Dunia bersama kita....

Aku dan Mereka

Jika saja aku sanggup mendengar teriakan batin mereka
Jika saja aku sanggup menolong mereka semua
Jika saja aku mampu memberikan senyum pada mereka
Jika saja aku mampu menawarkan sedikit kebahagiaan
Maka akan aku lakukan
Jika saja aku memiliki kondisi seperti mereka
Jika saja aku menderita seperti mereka
Jika saja aku menangis menahan amarah yang tak pasti
Jika saja aku ingin bersuara tak tahu pada siapa
Maka akan ku akhiri hidup ini
Karena aku lemah dan tak setegar mereka
Karena aku tak sanggup menahan rasa seperti mereka
Mereka sangat hebat di mataku
Penuh dengan semangat dann senyum
Walau tanpa kaki atau tanpa tangan atau tanpa keduanya
Walau tak mampu menangkap gambar dunia
Walau tanpa atap sekedar pelindung terik dan sepoi angin
Aku merasa kecil di hadapan mereka
Tak dapat memaknai hidup seperti mereka menilai kehidupan
Mereka kuat, mereka tegar, mereka hebat
Mereka adalah pribadi yang unik bagiku
Di balik kekurangan memiliki banyak kelebihan
Di balik kehampaan memiliki berjuta mimpi
Mereka, bukan sampah masyarakat
Mereka, bukan untuk disingkirkan
Mereka, bukan untuk diperhitungkan
Mereka pun berhak menikmati dunia dan kasih sayang
Aku, menaruh hormat pada mereka
Berjuanglah, kawanku....
Teruslah tersenyum dan berkarya untuk bangsa
Karena kalian hebat....

Rasa Bunda

Senandung lagu Bunda mengalun
Bulir air mata mengalir lembut
Jemarinya menari lincah membelaiku
“Bunda, mengapa menangis?”
“Aku berseru pada Tuhan.”
Sejenak aku terdiam, tak mengerti
Kelak aku mengerti, ku usap pipi Bunda
“Usah menangis, Bunda, Tuhan meminjam kakiku.”
Bulir air mata kian deras
Bagaimana Tuhan menciptakan aku?
Mengapa Tuhan tega membuat Bunda menangis?
Ku nikmati keindahan dunia meski tak sempurna
Ku sapa Tuhan dengan ramah dan senyum
Ini bukan salah Bunda, ini takdir Tuhan
Tuhan ingin kakiku menyelamatkan aku dari buruknya neraka
Tuhan ingin menolongku berlari ke tempat terindah
Karena itulah Tuhan akan mengembalikan kakiku di surga
Bunda menebar senyum
Menegakkan batin yang berseru
“Bunda bangga padamu, Nak....”
Dan dunia pun tersenyum menyambut pelangi
Senyum Bunda indah seperti pelangi
Aku meski tak sempurna, merasa sempurna di samping Bunda