Kamis, 28 Februari 2013

^ Menanti Siapa Yang Dinanti ^


Hampir genap setahun sudah hati ini kosong tanpa penggantinya. Aku berpikir, apakah hati ini sudah tak ingin lagi menerima cinta yang lain. Sementara raga ingin mengenal kembali sentuhan ketulusan sayang dari seorang pria di luar sana. 
Kamu, sang pengisi daftar pertama sebagai kekasihku, hiLang tak ada kabar. Aku pun berjalan tanpa kamu.
Kamu, sang pengisi daftar kedua sebagai kekasihku, tetap ada di sini, menemani beberapa langkahku yang sempat terhenti.
Dan kalian, yang memang pernah ada di hati ini namun tak pernah seutuhnya menjalin kisah, hilang pula tanpa  angin. Adakah kalian sedikit saja merindukan aku? Karena aku terkadang sedikit merindukan kalian.
Satu di antara kalian telah aku persembahkan untuk sahabat, dua di antara kalian telah aku berikan peran sahabat, satu di antara kalian memilih untuk hilang dari rotasiku, dan satu di antara kalian berada dalam peredaranku meski bukan lagi milikku.
Tahukah kamu bahwa hati ini kembali menginginkan dirimu? Karena perhatian yang kamu berikan masih saja membuat aku merasa tenang dan damai. Mampu menerbangkan anganku secepat angin menerbangkan kapas.
Bolehkah aku menunggumu untuk kembali menjadi milikku?
Hhh..
Rasanya itu terlalu kejam...
Sudahlah, aku akan menanti siapa yang perlu aku nantikan...

Jumat, 22 Februari 2013

LittLe Boy

Matahari telah tenggelam saat kau menggetarkan pita suara kali pertama.
Dunia telah tersenyum riang ketika kau pun menangis di pangkuan detakan bunda.
Ada desir mengalir dalam jiwa yang menampung roh malaikat, menjadikan kami bahagia melihat merah tubuhmu.
Malaikat kecil telah hadir di tengah keluarga, di tengah berbagai pelik kehidupan.
Memberikan setitik harapan dan segumpal kebahagiaan.
Kelak, kami berharap kau mampu menopang dunia, menjadikan agama dan dunia sadar bahwa hanya ALLAH yang mampu atas segalanya.
Kelak, kami berharap kau memiliki hati setulus malaikat, agar kami sadar bahwa kasih sayang mampu meredam segala kerapuhan.
Kelak, kami berharap kau selalu dalam rengkuhan ALLAH, dilumuri sinar-Nya hingga jalan surga menuntunmu dan kami.
Aamiin...
:)

Merindukan Anda

Berapa lama kita tidak bertatap muka? Sangat lama.
Berapa lama kita tidak bertukar suara? Sangat lama.
Bagaimana keadaan Anda di sana? 
Bagaimana suasana hati Anda saat ini?
Entah mengapa tiba-tiba saya merindukan Anda.
Ingin tahu apapun perkembangan Anda.
Namun saya hanya bisa diam.
Di antara rimbunan rasa, rindu itu menyeruak.
Butuh tenaga untuk membuatnya netral sementara hati ini sedang malas berargumen.
Sudahlah, biarkan ini begini tanpa aku mengucap.
Cukup hati dan Tuhan yang tahu, bahwa ada rindu yang terpendam.
Biarkan saja begini, karena aku lelah dengan amarahmu.
Cukup aku berharap pada Tuhan tentang penggantiku di hatimu, kelak kalian 'kan bahagia.
To : My ExBoy

Minggu, 17 Februari 2013

8 Januari 2013

Aku mencintaimu. Sebagai seorang wanita yang tertarik pada seluruh pribadimu. Itu dulu.
Aku sayang padamu. Sebagai sahabat yang tak ingin kehilangan bahagianya. Itu sekarang.
Aku bahagia akhirnya kita melepaskan bola panas dalam genggaman. Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan perasaan ini. Salah paham yang terjadi pada kita telah menjadikan suasana memanas. Saling menyakiti tanpa sadar.
Emosi kerap membuat kita merasa saling tak mengenal, menjadikan kamu asing walau kita pernah mengenal. Tahukah kamu bahwa rasa itu sangat tidak menyenangkan? Dan diammu lah yang meredakan amarah itu, terkadang justru membakar api amarah.
Sekian hari kita membeku, diam tanpa ada satupun dari kita yang berminat untuk bersuara. Dengan sadarku yang tak ingin kehilangan kehangatan tentangmu, aku pun bersuara. Berbisik hingga berteriak. Kau pun mendengar. Kita pun berhadapan dengan bantuan teknologi.
Detik demi detik kunikmati, mendengarkan suaramu dari kejauhan sana, takut tak mungkin lagi bisa mendengar suara itu. Nasihatmu, bantahanmu, perlawananmu, pertanyaanmu, dan pernyataanmu, semua kusimpan dalam memori rumah siput.
Akhirnya semua jelas, kita hanya salah paham. Aku memang masih menyimpan rasa itu, tapi tak lagi karena kau yang meminta. Aku hanya berharap kita akan bersahabat, lebih indah dari impian yang ditawarkan oleh hubungan itu. Aku meyakini bahwa kau adalah yang mengerti aku, memahami aku tanpa perlu aku meminta.
Semua hanya karena olahan kata dari kancil teman kita.
Sudahlah, biarkan saja, yang penting kita telah berdamai.
Tak ingin lagi kehilangan orang yang memahami aku, tanpa aku meminta.
Tak ingin lagi kehilangan SAHABAT yang selalu ada dan merasakan apa yang aku rasakan tanpa harus mengemis.
Semua, akan menjadi lebih indah ketika hati ikhlas menerima.
Hati ini mungkin tidak bisa menjadikanmu sebagai kekasih, tapi sebagai SAHABAT itu saja sudah cukup bagiku untuk mengembangkan senyum.
Terima kasih, V...
:)