Sabtu, 30 Maret 2013

Kuharap Abadi

Tak akan ada kata yang sanggup menggambarkan kebahagiaan ini. Tuhan kembali menyatukan kita, membuka setiap kesempatan untuk mengerti akan kesalahan di masa lalu. Kita bukan sepasang kekasih yang baranya masih panas, kita telah menjadi bara hangat, kekal dalam rasa masing-masing. 
Aku bahagia. Hanya itu yang sanggup aku katakan. Kembali padamu adalah mimpiku sejak keputusan kita terdahulu. Kini, mimpi itu menjadi nyata. Adakah rasa lain yang sanggup aku katakan untuk menggambarkan perasaan ini? Rasa syukur yang belimpah pada Tuhan. :)
Siapa sangka lagu yang kita nyanyikan ternyata saling bersahutan. Mengungkap perasaan hati tanpa sengaja. Senyumku pun terkembang tiada lelah. Tuhan, sungguh hati ini tak akan berhenti bersyukur karena telah kembali padanya. 
Semoga saja ini bukan sekedar sekedip mata, kebahagiaan kekal hingga akhirnya salah satu di antara kita kembali pada pangkuan alam. Kuharap halal akan segera kita gelar. Bukan sekedar di ujung mulut tapi juga di setiap aksi kita. Yakinkan hati kita untuk saling memiliki dan menjaga, karena itu juga yang aku mau. Hidup bersamamu, kasih...

:)
- MM -


(Yovie and Nuno; Menjaga Hati)
(Bunga Citra Lestari; Cinta Sejati)
Masih tertinggal bayanganmu
Yang telah membekas di relung hatiku
Hujan tanpa henti seolah pertanda
Cinta tak di sini lagi
Kau tlah berpaling
Reff:
Biarkan aku menjaga perasaan ini, ohh
Menjaga segenap cinta yang telah kau beri
Engkau pergi, aku takkan pergi
Kau menjaga, aku takkan jauh
Sebenarnya diriku masih mengharapkanmu
Masih adakah cahaya rindumu
Yang dulu selalu cerminkan hatimu
Aku takkan bisa menghapus dirimu
Meski ku lihat kini
Kau di seberang sana
Repeat reff :
Andai akhirnya
Kau tak juga kembali
Aku tetap sendiri
Menjaga hati
Repeat reff [3x]
Sejujurnya diriku masih mengharapkanmu

Manakala hati menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta
Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita Saat aku tak lagi di sisimu 
Ku tunggu kau di keabadian
Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

Minggu, 10 Maret 2013

Menikmati Kemunafikan


Simpul tali kita telah berubah bentuk. Meski bukan lagi untuk mengikat rasa, tali itu telah mengikat kita menjadi sepasang telinga. Siap saling mendengarkan apapun kesah kita tentang simfoni kehidupan. Nada sumbang, nada indah, balok yang bukan pada tempatnya, dan tepatnya semua balok di titik nada, menjadikan setiap pertemuan kita ramai dan menenangkan hati.

Saat hati berperang melawan kristal benih aphrodite, saat itulah nurani berusaha menyentuh iman yang telah teguh akan keputusan kita. Melelahkan memang, tahukah kamu tentang itu? Aku rasa kau tak akan pernah peduli. 

Layaknya soda dalam lambung, rindu yang tak sanggup jujur meski hanya sebuah aksara, membuat hati dan rasa kian menyimpan gelembung tak bernilai. Memenuhi setiap sudut ruang yang masih saja kosong. Salahkah dengan perubahan simpul tali kita? Aku harap tidak, karena aku menikmatinya. Perubahan simpul tali telah menopang setiap kelelahan batinku, amanatmu membantuku melalui keresahan, dan tawa senyummu mengembalikan semangatku. Namun aku tak memberikan apapun untukmu. Maafkan aku.

Ketika mulut memintamu pergi, sebenarnya aku ingin memintamu jangan pergi.
Ketika kelopak mata ini tertutup tak ingin melihatmu, sebenarnya aku ingin bermimpi tentang kamu.
Ketika tangan mengisyaratkan menjauhlah dariku, sebenarnya aku ingin meminta padamu untuk mendekat.
Ketika kaki melangkah pulang, sebenarnya aku ingin tetap di tempat.
Berubahlah diri ini menjadi sosok munafik.
Kunikmati itu semua...

Kuberi ruang untuk mereka memberikan kasih padamu, kulihat sinar matamu, tak bisa kutebak. Namun hati ini memberikan sinyal untuk menjauh, menghindari nyeri.
Kuundang cinta untuk kau pilih, meski kau hanya menanggapinya dengan tawa, ada yang lain dengan tawa itu. Kembali hati ini meminta untuk pergi, menghindari sakit.

Rupanya perubahan simpul tali kita telah mengajarkan aku tentang kemunafikan, dan aku telah menjadi tokoh utama. Memerankan setiap dialog munafik. Di depanmu, di belakangmu.
Aku menikmati peranku. Karena aku tak ingin lagi kehilangan salah satu simpul tali.