Sabtu, 21 Desember 2013

Menyembah Kematian

Malam itu, 9 November 2013, tak akan pernah aku lupakan malam penuh caci maki itu. Sembilan tahun bertarung dengan hati dan nurani, sembilan tahun pula menginginkan lepas dari kurungan neraka. Malam itu, kupikir adalah puncaknya. Malam itu, kupikir akan kutemukan surga. Malam itu, kupikir aku telah lepas dari amarah yang semakin hari semakin memuncak. 
Aku bukan Nabi yang memiliki kesanggupan berbincang dengan Tuhan, aku hanya seorang hamba, hamba yang tengah putus asa menghadapi hidup. Aku yang durhaka terhadap seorang ibu. Menginginkan ibu berpisah dengan kekasih hatinya. Kekasih yang mengkhianati, kekasih yang tidak pernah bisa menjadi imam keluarga. Akulah penyebab tangis dari mata ibu. Aku.
Kalian pikir aku kejam? Ya, aku kejam. Enyah saja dari dunia, mungkin itu lah yang terbaik. Tak akan menyebabkan ibu menangis. Namun jujur saja, aku bertanya-tanya, "Apa yang ditangisi ibu?"
Bagaimana lagi aku harus menyadarkan ibu bahwa tanpa masalah yangg tengah menggeluti mereka pun kami tetap tidak menerima kehadirannya. Entah bagaimana lagi aku harus mengatakan pada ibu bahwa bajingan itu tidak pantas untuk kami. Putus harapanku menginginkan kedamaian. Terganti resah tiada tara.
JUJUR SAJA AKU TIDAK INGIN IBU KEMBALI DENGAN BAJINGAN ITU. AKU INGIN MEREKA BERCERAI. AKU TIDAK PUNYA SEORANG AYAH BAJINGAN. AYAHKU TELAH BERADA DALAM RENGKUHAN ALLAH. BUKAN BAJINGAN ITU.
Andai aku memiliki kekuasaan, akan kuurus surat perceraian mereka tanpa hambatan. Melepaskan sepenuhnya hubungan mereka yang memang kuhina sejak dahulu. Namun ibu masih menginginkan bersama dia. Menjilat ludahnya sendiri yang mengatakan ingin lepas dari dunia bajingan itu. Ibu cukup plin-plan. Ketika ibu tidak lagi bisa memutuskan pilihan, maka aku yang akan pergi. Meninggalkan semuanya. Tak ingin lagi peduli.
Kini, di tengah putus asaku, aku menyembah kematian. Lebih hebat dari sebelumnya. Aku pernah menyembah kematian, saat Ayah meninggalkan aku tertinggal di dunia. Kini rasa itu jauh lebih hebat. Hebat tanpa akhir. Tak ada lagi kata yang sanggup kugambarkan. 
Inilah titik akhirku. Titik jenuhku. Titik kematianku.

Jumat, 22 November 2013

Lelah - Tidak Ada Kata Lain

Selama ini saya merasa gesekan di antara kalian bukan karena perbedaan pemikiran, namun karena komunikasi yang kurang sehat. Saya sebagai pendengar tidak ingin menyalahkan siapapun. Masing-masing memiliki pendapat dan cara pandang yang wajar dan manusiawi. Saya lelah, jujur saja saya lelah. Lelah dengan gesekan kalian. Saya hanya memiliki kalian secara fisik, tapi hati kalian tidak menjadi satu. Saya lelah berada di posisi tengah. Berusaha menyatukan kalian namun selalu saja ada tindakan atau ucapan yang dirasa menyinggung pihak lain. Jika ingin saling menyalahkan, salahkan Tuhan. Tuhan yang memberi takdir pada kalian untuk menjadi satu (seharusnya). Jika boleh meminta pada Tuhan, saya tidak ingin lahir dengan keadaan seperti in. Namun itu tandanya saya mengingkari karunia Tuhan. Itu artinya saya tidak berterima kasih pada kalian yang selama ini banyak menolong saya. Saya tidak ingin memilih di antara kalian. Jika itu sampai terjadi, lebih baik saya memilih sendiri tanpa siapapun. Karena mungkin sebenarnya saya telah menjadi pihak lain setelah kematian pemimpin gen kita. Tidak bisakah kalian memahami apa yang ingin saya wujudkan? Tidak bisakah kita menjadi satu dengan tulus seperti (yang seharusnya) takdir. Kali ini saya ingin jujur bahwa saya LeLah. Tiada kata lain.

Kamis, 24 Oktober 2013

Kehadiranmu Di Rumahku

Siapa sangka kamu akan menginjakkan kaki di rumahku? Meski bukan karena keinginanmu pribadi, aku cukup bahagia dengan kehadiranmu di rumahku. Kemarin pada tanggal 21 Oktober 2013 teman kita sedang mengadakan pesta pernikahan. Sebagai teman yang baik tentu saja kamu dan teman-teman berkunjung ke rumahnya yang melewati rumahku. 
Dengan sedikit desakan aku meminta kalian mendatangi untuk berkunjung ke rumahku, dan aku berhasil. Hehehe...
Kamu dan delapan orang teman kita meramaikan malam di rumahku. Aku sangat bahagia. Banyak godaan untuk kita dari teman-teman. Seakan mereka ingin kita bersama menjalin kisah. Kisah kita tak banyak yang tahu, aku menyimpan kenangan itu. Masih dan masih.
Melihat kamu sedekat itu setelah sekian lama tidak bersua membuat hati ini sangat bahagia. Sungguh, kehadiranmu dan teman-teman membangkitkan kembali semangat yang pernah luntur. 
Lucu melihatmu kikuk menanggapi kicauan teman-teman saat kamu bertemu dengan ibuku, kakak iparku, dan terakhir kakak kandungku. Cerita tentang kamu memang telah diketahui oleh keluarga inti, mereka yang tidak pernah mengenalmu secara langsung sangat penasaran dengan kamu. Pantas saja jika mereka juga berkicau ketika kamu datang. Serasa kita adalah pasangan ABG, hahaha...
Selama kamu di rumahku tidak banyak yang kamu bicarakan. Namun kita sempat berdampingan, berbicara seperti dulu, tanpa beban. Kutatap matamu ketika mata kita beradu, ketika kamu duduk di sampingku, masih kutemukan kesejukan di sana. Tak jarang pula aku menangkap matamu sedang memperhatikan gerak gerikku dari ekor mataku. Membuat aku sedikit kikuk. Serasa kita baru saja berkenalan dan saling merasa tertarik, hehehe...
Lama kehilangan senyummu, sulitnya bertemu dengan kamu karena keterbatasan jarak dan waktu, membuat hati ini serasa kehilangan sandaran. Kehilangan seseorang yang selalu ada kapanpun aku mau. Sungguh, kisah kita memang tidak sempurna namun abadi di hati ini. 
Entah apalagi yang harus aku katakan untuk mengungkap perasaan ini, meski sebatas sahabat seperti yang pernah kita putuskan dulu, namun hati ini ingin kita tetap bersama. Sungguh hati ini sangat egois. 
Sudahlah, lupakan tentang perasaan ini, yang pasti namamu, nama dia, namanya, tetap ada di hati, tidak pernah hilang karena kalian yang pernah memberikan warna di hariku.
Kesempurnaan kisah kita akan terjadi nanti saat masing-masing telah memiliki pasangan. Aku berharap hatimu tidak akan salah memilih perempuan yang pantas untuk kamu sayangi lagi.Dan aku, aku sendiri berharap dapat membuka kembali hati ini untuk cinta yang lain.
Kehadiranmu malam itu sangat memberiku semangat untuk segera bangkit dari keterpurukan. Terima kasih, V.C.S.
:) :)
Terima kasih pula teman-temanku yang lain.. hehehe...

Jumat, 27 September 2013

Kota Perantauanmu

Hari ini, aku kembali menginjakkan kaki di kota perantauanmu. Mungkin jika kita masih menjalin kisah, kita akan merencanakan untuk bertemu, namun sekarang tidak lagi. Komunikasi bahkan sangat buruk. Membuat sakit hati ini jika mengingatnya. Adakah kamu mengingatku? Adakah kamu menginginkan kedatanganku ke kota ini untuk menemuimu? Entahlah. Mungkin kamu masih saja terlalu sibuk dengan urusan pribadimu. Atau mungkin kesibukan itu bertambah banyak dengan adanya seorang perempuan idaman hati? Entahlah. Aku tak ingin membayangkannya. Aku tak pernah ingin mengingat bahwa mungkin saja kamu telah bersama yang lain, namun otak ini serasa terus memaksa untuk mengingat itu.
Apa yang harus aku lakukan?

Di kota perantauanmu ini, aku menjelma menjadi sosok yang tak tahu diri. Berusaha merasakan apa yang kamu rasakan. Di kota perantauanmu ini, aku adalah orang brengsek yang tak ingin mengenal banyak orang. Di kota perantauanmu ini, untuk sementara, lima hari saja, aku inginmelihatmu dari kejauhan, sebentar saja. Ingin sekali. Sangat ingin. Aku sadar itu mustahil. Karena aku masih terlalu takut untuk membuka bekas luka itu. Masih sangat terlalu takut sekali. Sengaja kalimat sebelum ini menjadi hiperbola karena memang begitulah kenyataannya.

Rabu, 12 Juni 2013

Tugas Akhir

Huaaaa...
Tugas akhir. Dua kata satu kalimat itu serasa pacar bagi mahasiswa tingkat akhir. Namanya aja udah 'tugas akhir', wajar kalo hampir setiap saat mereka bakal mikir tuh tugas. Parahnya, tugas akhir ini juga menguras tenaga, otak, dan batin sampe bener-bener terkuras. Seperti yang saat ini saya alami. Buseeeeett.... bener-bener parah... Mau tau kisah saya 'berkenalan' dan 'pedekate' sampe akhirnya 'jadian' dengan tugas akhir..?? Mau gak mau pokoknya saya cerita, hehehe...
Awalnya saya mah ogah kenalan dini dengan Avan (sebutan untuk skripsi tersayang ^^). Bukannya sombong, tapi karena emang males aja kenalan, masih belum ada charmistry. Eh, ternyata.. eh, ternyata.. ada salah seorang teman yang bikin saya penasaran pada Avan, akhirnya dengan modal otak yang minim, saya pun maju mengambil langkah pedekate dengan Avan. Hari pertama Avan berantakan dunia-akhirat, jalan terang diberikan oleh seorang dosen yang merupakan salah satu dosen favorit saya. Jadilah Avan versi bayi.
Avan bayi tumbuh menjadi Avan anak-anak berkat petunjuk dosen yang ditunjuk untuk membimbing saya menjadi orangtua Avan. Namun Avan anak-anak terlantar, saya orangtua yang payah karena tidak bisa membesarkan Avan dengan baik (Ini kesalahan fatal, pembaca..!!). Itu semua karena otak saya sepenuhnya saya berikan pada kegiatan PPL (di fakultas lain mungkin namanya magang yak..?? heheee..).
Enam bulan lamanya saya menelantarkan Avan. Dari PPL sampe ujian KK, ujian PPL, dan sempat saya tinggal refresh otak selama seminggu. Setelah tobat karena mantan yang iseng tanpa dosa bertanya, "Gimana, udah skripsi?", akhirnya saya kembali merawat Avan. Bolak-balik ke perpustakaan Universitas untuk menambah volume otak, dan akhirnya saya beranikan diri menyatakan perasaan pada Avan. Ternyata sangat sulit, pembaca..!! Sulit membaca kepribadian Avan yang rumit dan misterius. Tiga kali putus nyambung dengan Avan, akhirnya kami pun jadian. Senang sekali rasanya melihat Avan tumbuh menjadi Avan remaja. Avan remaja sudah melewati masa kritis dengan adanya seminar kecil yang mendapat pujian dari dosen pembimbing dan dosen pembahas. Perubahan sana sini seperti saran dosen pembahas menyempurnakan fisik Avan. Avan sekarang sudah gagah, pembaca... terharu saya... T.T
Avan kembali terguncang, terbengkalai selama sebulan setelah masa seminar. Pada minggu pertama, saya si orangtua Avan, diberi kebebasan mutlak oleh Ibu. Jadilah saya melupakan Avan sejenak. Minggu kedua, saya mengalami kecelakaan yang lumayan bikin stress karena badan tidak bersahabat dengan keinginan mengasuh Avan. Minggu ketiga, saya disibukkan oleh uang. Ya, uang. Pengen punya uang dari salah satu hobi, menulis. Untung saja hobi saya bermanfaat, baru minggu lalu saya menerima bayarannya, hehehe... Dan di minggu keempat, saya berusaha keras melawan rasa malas. Tapi, pembaca... Tidak semudah membalikkan telapak tangan, malas saya termasuk akut. Ditambah adanya si jagoan kecil yang selalu saja menggoda saya untuk bermain. Benar-benar godaan... (-.-")
Well, saya menutup mata dan telinga dengan lakban supaya gerakan lincah dan ocehan si jagoan kecil tidak lagi menjadi godaan. Ditambah nenek Avan yang sering bertanya, "Kapan sidang...??", seminggu berikutnya saya semakin giat mengumpulkan semua hal yang dibutuhkan oleh Avan. Saya juga merawat Avan semampu saya. Tiga hari terakhir saya mengenal Avan sebaik mungkin ditemani bergelas-gelas kopi (setelah sekian lama nggak nyapa kopi akhirnya saya kembali menyapa kopi, hehehe..). Semangat spontan dari seseorang yang jauh di sana semakin menjadikan saya optimis bahwa saya bisa menjadi orangtua yang bertanggung jawab (terima kasih semangatnya, "A" :) )
Merasa puas dengan hasil kerja keras selama tiga hari berturut-turut, yang terbayar dengan perut mual sepanjang waktu selama seharian, akhirnya saya berniat mengenalkan Avan dewasa pada dosen pembimbing. Namun sayang seribu sayang, rupanya Avan masih malu dan dosen pembimbing juga tidak bisa ditemui. Lama menunggu di lorong kampus dengan orangtua skripsi lain, ngomong ngalor ngidul sampe habis topik pembicaran, kelaparan dan kehabisan oksigen di lorong kampus, tapi menghasilkan kekecewaan mendalam, akhirnya saya pulang menghibur diri. Seperti biasa, menghibur diri dengan es krim (dadah babay sementara waktu, kopi... :D). Cukup menenangkan, pembaca. Silahkan dicoba... :D
Liku-liku saya membesarkan Avan dan berharap Avan segera mandiri masih panjang. Sangat panjang. Entah seberapa panjang, yang jelas saya masih berusaha sekuat tenaga. Semoga saja, kelak ketika Avan telah siap saya tinggalkan (sudah jadi bendeLan, ciiiiiin... maksudnya), saya akan menerima jabatan tangan dari pemimpin Universitas yang seraya berkata, "Selamat, Anda telah menjadi orangtua yang hebat. (Selamat, Anda lulus. Selamat datang di dunia baru)". Dan saya akan tersenyum bahagia diiringi air mata haru dari kakek dan nenek Avan. Aaaahh... Gak sabar rasanya menanti hari itu... hehehe...
Ini ceritaku dengan Avan, bagaimana dengan ceritamu..?? :)

Kamis, 16 Mei 2013

Enaknya Jadi Orang Jahat

Tuhan tidak memerintah Anda untuk selalu menyembah-Nya dan melupakan perasaan orang lain.
Tuhan pun tidak meminta Anda untuk menjadi sempurna karena Dia tahu bahwa manusia tidak akan pernah sanggup menjadi sesempurna yang Dia mau.
Jika Anda adalah salah satu orang yang percaya akan kebesaran Tuhan dan selalu taat melaksanaan ibadah lima waktu, seharusnya Anda juga adalah orang yang mengerti perasaan orang lain.
Jika Anda adalah salah satu orang yang mengerti tentang tata krama budaya, seharusnya Anda juga mengerti tentang tata krama secara umum. 
Menjaga perasaan orang lain bukan hanya dengan menyaring setiap kata yang keluar dari mulut tapi juga sadar akan sikap terhadap orang lain. 
Tidak mudah menjadi orang baik-baik. Terkadang ketika kita telah berusaha memberikan yang terbaik pada sekitar, namun tetap saja ada pihak yang akan memberi label pada kita "MUNAFIK" atau "PALSU" atau "PEMBOHONG". 
Inilah yang saya alami. Ketika saya ingin memberikan kenyamanan pada orang sekitar saya, ternyata masih ada saja pihak yang menganggap bahwa apa yang saya lakukan adalah TOPENG. Mereka adalah orang-orang yang percaya pada Tuhan, menjalankan perintah ibadah lima waktu dengan benar dan taat. Saya hanya bisa mengelus dada, berharap akan ada kesabaran yang lebih untuk menghadapi semuanya.
Jika saya bisa bertahan, ibu saya harus lebih bisa. Karena beliau adalah orang yang juga dianggap bertopeng ketika niatnya sangat tulus. Entah apa yang salah dengan kami sehingga pihak-pihak itu terus saja menyalahkan dan memandang sebelah mata keberadaan kami. Mungkin lebih gampang menjadi orang jahat ya..?? 
Orang yang tabiatnya jahat ketika berbuat jahat akan dimaklumi, namun ketika orang dengan tabiat baik tidak sengaja melakukan kesalahan dan berusaha membenahinya, tetap saja dicela dan disingkirkan.
Tuhan, prinsip saya, "Siapapun yang membuat nangis sedih ibu akan berhadapan dengan saya. Sekalipun itu saudara kandung." tetap berlaku sampai kapanpun.

Minggu, 05 Mei 2013

Butuh Keyakinan


Ketika bunga matahari tidak lagi mengikuti arah matahari, akankah matahari cemburu? Tidak. Matahari akan tetap pada rotasinya, dia yakin bahwa bunga matahari tidak akan berpaling darinya. 
Begitukah perumpamaan kita?
Seperti kau yang tidak pernah takut kehilangan aku karena kau tahu aku tak akan menjauh dan menghilang dari sisimu. Hingga cinta ini terasa sepele bagimu. 
Adakah kau muncul dalam rotasiku untuk sekedar mengatakan pada dunia bahwa kita saling memiliki? Apakah kau masih membuka kesempatan untuk kita saling mencari tambatan hati? Lalu untuk apa keadaan saling memiliki ini? Itu keraguanku padamu. Tidakkah kau ingin meyakinkan aku?
Ya, aku memang bukan yang teristimewa di hatimu. Aku tahu itu dari caramu memperlakukan aku. Tapi hati ini tetap padamu.
Ya, kau memang bukan yang pertama bagiku. Kau tahu aku pernah terluka. Tapi hati ini menginginkan kau lah yang terakhir.
Tidak, kau tidak seburuk itu. Kau memang memilih aku, berusaha menjaga hati, dan memberikan kecupan jauh untukku. Ku bahagia. 
Hanya saja, ketika bidadari lain menyapamu, kau dengan segera akan menyambutnya. Tak peduli pada kedatanganku yang lebih dulu. Sampai di sini, sadarkah kau dengan hati ini? Pernahkah aku memperlakukanmu sedemikian?
Satu hal, aku butuh keyakinan darimu... 
Wajar, karena aku ingin bersamamu...


Sabtu, 30 Maret 2013

Kuharap Abadi

Tak akan ada kata yang sanggup menggambarkan kebahagiaan ini. Tuhan kembali menyatukan kita, membuka setiap kesempatan untuk mengerti akan kesalahan di masa lalu. Kita bukan sepasang kekasih yang baranya masih panas, kita telah menjadi bara hangat, kekal dalam rasa masing-masing. 
Aku bahagia. Hanya itu yang sanggup aku katakan. Kembali padamu adalah mimpiku sejak keputusan kita terdahulu. Kini, mimpi itu menjadi nyata. Adakah rasa lain yang sanggup aku katakan untuk menggambarkan perasaan ini? Rasa syukur yang belimpah pada Tuhan. :)
Siapa sangka lagu yang kita nyanyikan ternyata saling bersahutan. Mengungkap perasaan hati tanpa sengaja. Senyumku pun terkembang tiada lelah. Tuhan, sungguh hati ini tak akan berhenti bersyukur karena telah kembali padanya. 
Semoga saja ini bukan sekedar sekedip mata, kebahagiaan kekal hingga akhirnya salah satu di antara kita kembali pada pangkuan alam. Kuharap halal akan segera kita gelar. Bukan sekedar di ujung mulut tapi juga di setiap aksi kita. Yakinkan hati kita untuk saling memiliki dan menjaga, karena itu juga yang aku mau. Hidup bersamamu, kasih...

:)
- MM -


(Yovie and Nuno; Menjaga Hati)
(Bunga Citra Lestari; Cinta Sejati)
Masih tertinggal bayanganmu
Yang telah membekas di relung hatiku
Hujan tanpa henti seolah pertanda
Cinta tak di sini lagi
Kau tlah berpaling
Reff:
Biarkan aku menjaga perasaan ini, ohh
Menjaga segenap cinta yang telah kau beri
Engkau pergi, aku takkan pergi
Kau menjaga, aku takkan jauh
Sebenarnya diriku masih mengharapkanmu
Masih adakah cahaya rindumu
Yang dulu selalu cerminkan hatimu
Aku takkan bisa menghapus dirimu
Meski ku lihat kini
Kau di seberang sana
Repeat reff :
Andai akhirnya
Kau tak juga kembali
Aku tetap sendiri
Menjaga hati
Repeat reff [3x]
Sejujurnya diriku masih mengharapkanmu

Manakala hati menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta
Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita Saat aku tak lagi di sisimu 
Ku tunggu kau di keabadian
Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

Minggu, 10 Maret 2013

Menikmati Kemunafikan


Simpul tali kita telah berubah bentuk. Meski bukan lagi untuk mengikat rasa, tali itu telah mengikat kita menjadi sepasang telinga. Siap saling mendengarkan apapun kesah kita tentang simfoni kehidupan. Nada sumbang, nada indah, balok yang bukan pada tempatnya, dan tepatnya semua balok di titik nada, menjadikan setiap pertemuan kita ramai dan menenangkan hati.

Saat hati berperang melawan kristal benih aphrodite, saat itulah nurani berusaha menyentuh iman yang telah teguh akan keputusan kita. Melelahkan memang, tahukah kamu tentang itu? Aku rasa kau tak akan pernah peduli. 

Layaknya soda dalam lambung, rindu yang tak sanggup jujur meski hanya sebuah aksara, membuat hati dan rasa kian menyimpan gelembung tak bernilai. Memenuhi setiap sudut ruang yang masih saja kosong. Salahkah dengan perubahan simpul tali kita? Aku harap tidak, karena aku menikmatinya. Perubahan simpul tali telah menopang setiap kelelahan batinku, amanatmu membantuku melalui keresahan, dan tawa senyummu mengembalikan semangatku. Namun aku tak memberikan apapun untukmu. Maafkan aku.

Ketika mulut memintamu pergi, sebenarnya aku ingin memintamu jangan pergi.
Ketika kelopak mata ini tertutup tak ingin melihatmu, sebenarnya aku ingin bermimpi tentang kamu.
Ketika tangan mengisyaratkan menjauhlah dariku, sebenarnya aku ingin meminta padamu untuk mendekat.
Ketika kaki melangkah pulang, sebenarnya aku ingin tetap di tempat.
Berubahlah diri ini menjadi sosok munafik.
Kunikmati itu semua...

Kuberi ruang untuk mereka memberikan kasih padamu, kulihat sinar matamu, tak bisa kutebak. Namun hati ini memberikan sinyal untuk menjauh, menghindari nyeri.
Kuundang cinta untuk kau pilih, meski kau hanya menanggapinya dengan tawa, ada yang lain dengan tawa itu. Kembali hati ini meminta untuk pergi, menghindari sakit.

Rupanya perubahan simpul tali kita telah mengajarkan aku tentang kemunafikan, dan aku telah menjadi tokoh utama. Memerankan setiap dialog munafik. Di depanmu, di belakangmu.
Aku menikmati peranku. Karena aku tak ingin lagi kehilangan salah satu simpul tali.

Kamis, 28 Februari 2013

^ Menanti Siapa Yang Dinanti ^


Hampir genap setahun sudah hati ini kosong tanpa penggantinya. Aku berpikir, apakah hati ini sudah tak ingin lagi menerima cinta yang lain. Sementara raga ingin mengenal kembali sentuhan ketulusan sayang dari seorang pria di luar sana. 
Kamu, sang pengisi daftar pertama sebagai kekasihku, hiLang tak ada kabar. Aku pun berjalan tanpa kamu.
Kamu, sang pengisi daftar kedua sebagai kekasihku, tetap ada di sini, menemani beberapa langkahku yang sempat terhenti.
Dan kalian, yang memang pernah ada di hati ini namun tak pernah seutuhnya menjalin kisah, hilang pula tanpa  angin. Adakah kalian sedikit saja merindukan aku? Karena aku terkadang sedikit merindukan kalian.
Satu di antara kalian telah aku persembahkan untuk sahabat, dua di antara kalian telah aku berikan peran sahabat, satu di antara kalian memilih untuk hilang dari rotasiku, dan satu di antara kalian berada dalam peredaranku meski bukan lagi milikku.
Tahukah kamu bahwa hati ini kembali menginginkan dirimu? Karena perhatian yang kamu berikan masih saja membuat aku merasa tenang dan damai. Mampu menerbangkan anganku secepat angin menerbangkan kapas.
Bolehkah aku menunggumu untuk kembali menjadi milikku?
Hhh..
Rasanya itu terlalu kejam...
Sudahlah, aku akan menanti siapa yang perlu aku nantikan...

Jumat, 22 Februari 2013

LittLe Boy

Matahari telah tenggelam saat kau menggetarkan pita suara kali pertama.
Dunia telah tersenyum riang ketika kau pun menangis di pangkuan detakan bunda.
Ada desir mengalir dalam jiwa yang menampung roh malaikat, menjadikan kami bahagia melihat merah tubuhmu.
Malaikat kecil telah hadir di tengah keluarga, di tengah berbagai pelik kehidupan.
Memberikan setitik harapan dan segumpal kebahagiaan.
Kelak, kami berharap kau mampu menopang dunia, menjadikan agama dan dunia sadar bahwa hanya ALLAH yang mampu atas segalanya.
Kelak, kami berharap kau memiliki hati setulus malaikat, agar kami sadar bahwa kasih sayang mampu meredam segala kerapuhan.
Kelak, kami berharap kau selalu dalam rengkuhan ALLAH, dilumuri sinar-Nya hingga jalan surga menuntunmu dan kami.
Aamiin...
:)

Merindukan Anda

Berapa lama kita tidak bertatap muka? Sangat lama.
Berapa lama kita tidak bertukar suara? Sangat lama.
Bagaimana keadaan Anda di sana? 
Bagaimana suasana hati Anda saat ini?
Entah mengapa tiba-tiba saya merindukan Anda.
Ingin tahu apapun perkembangan Anda.
Namun saya hanya bisa diam.
Di antara rimbunan rasa, rindu itu menyeruak.
Butuh tenaga untuk membuatnya netral sementara hati ini sedang malas berargumen.
Sudahlah, biarkan ini begini tanpa aku mengucap.
Cukup hati dan Tuhan yang tahu, bahwa ada rindu yang terpendam.
Biarkan saja begini, karena aku lelah dengan amarahmu.
Cukup aku berharap pada Tuhan tentang penggantiku di hatimu, kelak kalian 'kan bahagia.
To : My ExBoy

Minggu, 17 Februari 2013

8 Januari 2013

Aku mencintaimu. Sebagai seorang wanita yang tertarik pada seluruh pribadimu. Itu dulu.
Aku sayang padamu. Sebagai sahabat yang tak ingin kehilangan bahagianya. Itu sekarang.
Aku bahagia akhirnya kita melepaskan bola panas dalam genggaman. Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan perasaan ini. Salah paham yang terjadi pada kita telah menjadikan suasana memanas. Saling menyakiti tanpa sadar.
Emosi kerap membuat kita merasa saling tak mengenal, menjadikan kamu asing walau kita pernah mengenal. Tahukah kamu bahwa rasa itu sangat tidak menyenangkan? Dan diammu lah yang meredakan amarah itu, terkadang justru membakar api amarah.
Sekian hari kita membeku, diam tanpa ada satupun dari kita yang berminat untuk bersuara. Dengan sadarku yang tak ingin kehilangan kehangatan tentangmu, aku pun bersuara. Berbisik hingga berteriak. Kau pun mendengar. Kita pun berhadapan dengan bantuan teknologi.
Detik demi detik kunikmati, mendengarkan suaramu dari kejauhan sana, takut tak mungkin lagi bisa mendengar suara itu. Nasihatmu, bantahanmu, perlawananmu, pertanyaanmu, dan pernyataanmu, semua kusimpan dalam memori rumah siput.
Akhirnya semua jelas, kita hanya salah paham. Aku memang masih menyimpan rasa itu, tapi tak lagi karena kau yang meminta. Aku hanya berharap kita akan bersahabat, lebih indah dari impian yang ditawarkan oleh hubungan itu. Aku meyakini bahwa kau adalah yang mengerti aku, memahami aku tanpa perlu aku meminta.
Semua hanya karena olahan kata dari kancil teman kita.
Sudahlah, biarkan saja, yang penting kita telah berdamai.
Tak ingin lagi kehilangan orang yang memahami aku, tanpa aku meminta.
Tak ingin lagi kehilangan SAHABAT yang selalu ada dan merasakan apa yang aku rasakan tanpa harus mengemis.
Semua, akan menjadi lebih indah ketika hati ikhlas menerima.
Hati ini mungkin tidak bisa menjadikanmu sebagai kekasih, tapi sebagai SAHABAT itu saja sudah cukup bagiku untuk mengembangkan senyum.
Terima kasih, V...
:)

Rabu, 09 Januari 2013

Tak Ingin


Siapa bilang melepaskan masa lalu adalah mudah?
Siapa bilang hanya dengan mencari penggantinya maka semua akan baik-baik saja?
Tidak, aku tahu melepas masa lalu yang terlampau indah adalah sulit. Aku pun tak masih saja bergumul dengan masa lalu meski kubuka hati ini untuk cinta yang lain. Namun tetap, aku merasa menjadi orang munafik.
Selalu ada kalimat, “Kamu pantas mendapat yang lebih baik dari aku.” atau, “Ada yang lebih baik dari aku untuk kamu.”
Semua adalah BOHONG. Sejak awal aku tidak pernah mengatakan bahwa aku mencari kesempurnaan. Aku hanya mencari kenyamanan. Salah jika saku merasa nyaman dengan rasa itu? Siapa yang ‘lebih baik’ yang kalian maksud? Nabi? Malaikat? Yang maha sempurna untuk ukuran manusia? Siapa..??
Maaf jika memang aku mencari kenyamanan tanpa berpikir tentang posisi kalian. Aku rasa apa yang kalian utarakan sebenarnya adalah ini, “Kamu nggak pantas untuk aku.”
Ya, kalian memang berusaha selalu mengerti aku, tapi aku tak pernah berusaha mengerti kalian. Maafkan aku. Esok tak akan ada lagi keluh kesah yang aku lontarkan pada kalian. Kalian pun adalah masa lalu bagiku.
Ada titik dimana aku merasa lelah dengan semua ini, maka saat itu datang, aku memilih untuk tuli dan buta. Tak ingin mendengar dan melihat hal yang tak ingin aku dengar dan aku lihat. Sudah cukup ada banyak hal yang menjadikan aku semakin rapuh, aku tak ingin lagi semakin rapuh. Sudah cukup rasanya untuk setia pada hati yang telah memilih, namun aku melepaskannya kembali. Tak ingin lagi merasa semakin luka. 

Sabtu, 05 Januari 2013

Jika Memang

Aku yakin kamu tidak akan bisa melupakan masa lalumu, aku yakin kamu masih menyayanginya meski ia tak lagi ada untukmu. Aku yakin jika memang kelak kamu memilih aku, kamu tidak akan sepenuhnya memberikan cinta padaku. Cintamu telah hampir habis untuknya. Cinta yang tersisa kau berikan padaku, namun tidak semua, hanya seperempatnya saja. Jika pun kau memilih yang lain untuk bersamamu, entah apa akan sama dengan perlakuanmu terhadap aku.

Cinta memang kejam, namun cinta memberikan kenyamanan. Aku sayang padamu, aku sadari itu. Namun sikapmu yang tak berubah menjadikan aku bimbang, meskipu begitu aku masih saja mencintaimu.

Ada banyak protes yang ingin aku keluarkan, aku tak sanggup.
Ada banyak pertanyaan yang ingin aku lontarkan, aku tak mampu.

Kau memang indah di mataku, tapi aku sadar aku pun harus meninggalkan kamu. Bukan karena aku tak lagi sayang padamu melainkan karena kau yang meminta.

Ingatkah kamu yang pernah mengatakan, "Suatu hari nanti mungkin aku yang akan mencarimu."
Aku rasa jangan lagi kamu mencariku karena mungkin saat kamu mencariku, aku tengah berusaha untuk menerima orang lain.

Kini aku hanya ingin berhadapan dengan masa depan yang aku rancang, aku ingin tak peduli padamu. Aku ingin menghilangkanmu dari rotasiku.

Aku ingin....
Jika memang kau ingin melupakan masa lalu, aku akan membantumu.
Jika memang kau ingin berpaling dari masa lalu, aku ada di masa depanmu.
Jika kau memilih aku, aku ingin kau benar-benar telah meninggalkan masa lalumu.

Selasa, 01 Januari 2013

Masih Sesak


Beberapa waktu ini kau memberiku harapan, sempat membuatku melayang. Namun ternyata di malam pergantian tahun kau mengingat dia, masa lalumu. Mengingatku saja tidak, yang berada di sekitarmu. Kau memilih mengingat dia yang telah mengkhianatimu.
Sesak rasanya mengetahui kamu masih berharap padanya. Kamu anggap aku ini siapa..?? Orang yang mampu selalu ada untuk kamu saat kamu kesepian untuk kemudian kamu campakkan lagi..?? Aku memang menyadari kamu selalu ada saat aku butuh, namun aku tidak memanfaatkan itu, aku benar-benar membutuhkan kamu bahkan saat aku memilih orang lain untuk mendengarkan aku. Aku tak bisa selamanya berharap padamu, aku ingin sekali menghapus rasa ini.


Sanggupkah aku..??
Hanya waktu yang akan menjawab...