Rabu, 12 Juni 2013

Tugas Akhir

Huaaaa...
Tugas akhir. Dua kata satu kalimat itu serasa pacar bagi mahasiswa tingkat akhir. Namanya aja udah 'tugas akhir', wajar kalo hampir setiap saat mereka bakal mikir tuh tugas. Parahnya, tugas akhir ini juga menguras tenaga, otak, dan batin sampe bener-bener terkuras. Seperti yang saat ini saya alami. Buseeeeett.... bener-bener parah... Mau tau kisah saya 'berkenalan' dan 'pedekate' sampe akhirnya 'jadian' dengan tugas akhir..?? Mau gak mau pokoknya saya cerita, hehehe...
Awalnya saya mah ogah kenalan dini dengan Avan (sebutan untuk skripsi tersayang ^^). Bukannya sombong, tapi karena emang males aja kenalan, masih belum ada charmistry. Eh, ternyata.. eh, ternyata.. ada salah seorang teman yang bikin saya penasaran pada Avan, akhirnya dengan modal otak yang minim, saya pun maju mengambil langkah pedekate dengan Avan. Hari pertama Avan berantakan dunia-akhirat, jalan terang diberikan oleh seorang dosen yang merupakan salah satu dosen favorit saya. Jadilah Avan versi bayi.
Avan bayi tumbuh menjadi Avan anak-anak berkat petunjuk dosen yang ditunjuk untuk membimbing saya menjadi orangtua Avan. Namun Avan anak-anak terlantar, saya orangtua yang payah karena tidak bisa membesarkan Avan dengan baik (Ini kesalahan fatal, pembaca..!!). Itu semua karena otak saya sepenuhnya saya berikan pada kegiatan PPL (di fakultas lain mungkin namanya magang yak..?? heheee..).
Enam bulan lamanya saya menelantarkan Avan. Dari PPL sampe ujian KK, ujian PPL, dan sempat saya tinggal refresh otak selama seminggu. Setelah tobat karena mantan yang iseng tanpa dosa bertanya, "Gimana, udah skripsi?", akhirnya saya kembali merawat Avan. Bolak-balik ke perpustakaan Universitas untuk menambah volume otak, dan akhirnya saya beranikan diri menyatakan perasaan pada Avan. Ternyata sangat sulit, pembaca..!! Sulit membaca kepribadian Avan yang rumit dan misterius. Tiga kali putus nyambung dengan Avan, akhirnya kami pun jadian. Senang sekali rasanya melihat Avan tumbuh menjadi Avan remaja. Avan remaja sudah melewati masa kritis dengan adanya seminar kecil yang mendapat pujian dari dosen pembimbing dan dosen pembahas. Perubahan sana sini seperti saran dosen pembahas menyempurnakan fisik Avan. Avan sekarang sudah gagah, pembaca... terharu saya... T.T
Avan kembali terguncang, terbengkalai selama sebulan setelah masa seminar. Pada minggu pertama, saya si orangtua Avan, diberi kebebasan mutlak oleh Ibu. Jadilah saya melupakan Avan sejenak. Minggu kedua, saya mengalami kecelakaan yang lumayan bikin stress karena badan tidak bersahabat dengan keinginan mengasuh Avan. Minggu ketiga, saya disibukkan oleh uang. Ya, uang. Pengen punya uang dari salah satu hobi, menulis. Untung saja hobi saya bermanfaat, baru minggu lalu saya menerima bayarannya, hehehe... Dan di minggu keempat, saya berusaha keras melawan rasa malas. Tapi, pembaca... Tidak semudah membalikkan telapak tangan, malas saya termasuk akut. Ditambah adanya si jagoan kecil yang selalu saja menggoda saya untuk bermain. Benar-benar godaan... (-.-")
Well, saya menutup mata dan telinga dengan lakban supaya gerakan lincah dan ocehan si jagoan kecil tidak lagi menjadi godaan. Ditambah nenek Avan yang sering bertanya, "Kapan sidang...??", seminggu berikutnya saya semakin giat mengumpulkan semua hal yang dibutuhkan oleh Avan. Saya juga merawat Avan semampu saya. Tiga hari terakhir saya mengenal Avan sebaik mungkin ditemani bergelas-gelas kopi (setelah sekian lama nggak nyapa kopi akhirnya saya kembali menyapa kopi, hehehe..). Semangat spontan dari seseorang yang jauh di sana semakin menjadikan saya optimis bahwa saya bisa menjadi orangtua yang bertanggung jawab (terima kasih semangatnya, "A" :) )
Merasa puas dengan hasil kerja keras selama tiga hari berturut-turut, yang terbayar dengan perut mual sepanjang waktu selama seharian, akhirnya saya berniat mengenalkan Avan dewasa pada dosen pembimbing. Namun sayang seribu sayang, rupanya Avan masih malu dan dosen pembimbing juga tidak bisa ditemui. Lama menunggu di lorong kampus dengan orangtua skripsi lain, ngomong ngalor ngidul sampe habis topik pembicaran, kelaparan dan kehabisan oksigen di lorong kampus, tapi menghasilkan kekecewaan mendalam, akhirnya saya pulang menghibur diri. Seperti biasa, menghibur diri dengan es krim (dadah babay sementara waktu, kopi... :D). Cukup menenangkan, pembaca. Silahkan dicoba... :D
Liku-liku saya membesarkan Avan dan berharap Avan segera mandiri masih panjang. Sangat panjang. Entah seberapa panjang, yang jelas saya masih berusaha sekuat tenaga. Semoga saja, kelak ketika Avan telah siap saya tinggalkan (sudah jadi bendeLan, ciiiiiin... maksudnya), saya akan menerima jabatan tangan dari pemimpin Universitas yang seraya berkata, "Selamat, Anda telah menjadi orangtua yang hebat. (Selamat, Anda lulus. Selamat datang di dunia baru)". Dan saya akan tersenyum bahagia diiringi air mata haru dari kakek dan nenek Avan. Aaaahh... Gak sabar rasanya menanti hari itu... hehehe...
Ini ceritaku dengan Avan, bagaimana dengan ceritamu..?? :)

2 komentar:

My World is My Life mengatakan...

siapa ya Avan???

miftahwidiyan_pangastuti mengatakan...

noh, nama skripsi saya..
hehehe..